UMMI Corner - Universitas Muhammadiyah Sukabumi

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Niksen : rahasia hidup bahagia tanpa melakukan apa-apa
Penanda Bagikan

Text

Niksen : rahasia hidup bahagia tanpa melakukan apa-apa

Olga Mecking - Nama Orang; Nurjannah Intan - Nama Orang; Reni Indardini - Nama Orang;

Jadi, Kenapa Kita Perlu Niksen?
Karena sudah banyak sekali ragam tren, filosofi, dan obat sapu jagat praktis di tengah-tengah kita, untuk apa menggembar-gemborkan satu lagi solusi serupa? Saya sering mendapat pertanyaan ini saat wawancara dan saya tidak terkejut. Biar bagaimanapun, berpangku tangan tidak terkesan sebagai ide yang revolusioner. Namun, sebagaimana yang akan Anda jumpai, niksen bukan sekadar tidak melakukan apa-apa, melainkan lebih dari itu. Pada masa sekarang, ketika semua orang menjalani hidup yang luar biasa sibuk, penolakan untuk menggeliang-geliut terus ke sana kemari seperti cacing kepanasan justru hebat. Niksen akan membantu Anda melepas sebagian dari pembawaan sok sibuk itu alih-alih menambahnya.

Akan tetapi, kesibukan hanyalah sebagian dari masalah. Ada pula tekanan terus-menerus untuk unjuk diri di tiap area kehidupan kita. Kita menuntut diri sendiri untuk mencurahkan diri secara total dalam pekerjaan (pantang membuang waktu dan selalu semakin produktif), kemudian pulang ke rumah yang tertata rapi dan tak bercela (tolong beri tahu saya bagaimana caranya!), membesarkan anak-anak yang sopan dan kreatif (baca daftar ini yang menjabarkan segala macam kesalahan kita dalam mengasuh anak), dan menyediakan waktu untuk mengantarkan anak-anak ke segala jenis kegiatan olahraga dan lain-lain yang menstimulasi jiwa raga. Jangan lupa bahwa kita diharapkan juga untuk menjadi pasangan yang suportif. Dan bagaimana dengan kesehatan, apakah Anda memasang ekspektasi tinggi untuk itu? Kebiasaan makan, sudahkah Anda mencoba spirulina atau kubis keriting? Sudahkah Anda ke sasana olahraga akhir-akhir ini? Apakah Anda siap mengikuti maraton berikut? Dan, jika pertanyaan-pertanyaan ini membuat Anda marah, bagaimana dengan lokakarya mindfulness yang sempat Anda ikuti supaya menjadi insan yang lebih tenang dan baik hati?

Kita menuntut diri kita untuk menjadi, meminjam istilah orang-orang Jerman, eierlegende Wollmilchsau. Atau babi yang menghasilkan susu, telur, dan wol, bukan sekadar daging. Kita menuntut diri agar menjadi segalanya, menjadi serbabisa, sepanjang waktu. Menjadi manusia zaman modern sungguh melelahkan.

Dalam kondisi batiniah inilah, saat kita merasa diri kita yang sekarang masih kurang, kita lantas terdorong untuk membaca tentang hygge atau KonMari atau entah apa tren baru yang sedang digemari saat ini. Namun, bagaimana dengan upaya tambahan yang kemudian harus kita kerahkan untuk mempraktikkan pendekatan-pendekatan itu? Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kita beli?
Niksen memikat hasrat kita yang ingin hidup lebih sederhana dan minimalis. Membenahi hidup telah menjadi populer beberapa tahun terakhir ini dan karena alasan itulah saya meyakini bahwa minat terhadap niksen muncul bukan secara sekonyong-konyong. Hasrat untuk tidak melakukan apa-apa mungkin sudah setua umat manusia itu sendiri. Hasrat tersebut semata-mata dorman. Kesannya seolah-olah hasrat itu tidak bernama dan alhasil sukar dibicarakan. Ini berubah ketika orang-orang menemukan niksen—kata yang bisa dengan mudah mereka lafalkan—dan perbincangan tentang itu sontak menjadi meriah.

Kalau begitu, siapa yang memutuskan apakah sesuatu akan menjadi tren atau tidak? Orang yang ingin memeloporinya, atau orang-orang yang menangkap “sesuatu” itu, kemudian mulai membaca dan menulis tentang itu, atau orang-orang yang merengkuh tren tersebut dalam kehidupan mereka? Menurut Merriam-Webster Dictionary, tren adalah (salah satunya) “kecenderungan atau kelaziman yang sedang lumrah, gerakan umum, gaya atau preferensi masa kini, atau alur perkembangan tertentu.”

Apakah orang-orang tengah bergerak untuk mulai mempraktikkan niksen dalam kehidupan mereka? Apakah ini kecenderungan atau kelaziman? Jika begitu, saya harap buku ini bisa membantu memberi penjelasan mengenai apa niksen itu dan cara untuk menghadirkan niksen di dalam kehidupan kita.


Ketersediaan
#
UMMI Corner - Panti Asuhan Ummu Khadijah Kab. Sukabumi (Golongan 100) 155.89492 OLG n
UC0039
Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
155.89492 OLG n
Penerbit
Sleman : Bentang., 2021
Deskripsi Fisik
xxviii, 217 hlm. : ilus. ; 21 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
978-602-291-836-3
Klasifikasi
155.89492
Tipe Isi
text
Tipe Media
unmediated
Tipe Pembawa
unspecified
Edisi
Cet. 1.
Subjek
Psikologi
Belanda
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
Olga Mecking
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

UMMI Corner - Universitas Muhammadiyah Sukabumi
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

“UMMI Corner” merupakan pojok yang menyediakan rak dan beberapa koleksi buku bacaan dengan desain khusus berlabel Universitas Muhammadiyah Sukabumi yang di tempatkan di sekolah-sekolah, panti asuhan, P2TP2A yang ada di Kota dan Kabupaten Sukabumi.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?